Kamis, 24 Agustus 2017

Studi Preferensi Tansformasi Moda Angkutan Pribadi Berdasarkan Karakteristik Perjalanan dan Perilaku Pengguna, oleh : Nur Khaerat Nur1*, Lawalenna Samang2, M. Isran Ramli3 and Sumarni Hamid4


ABSTRAK
Pada masa sekarang ini umumnya masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum dengan berbagai alasan seperti kenyamanan, waktu tempuh perjalanan lebih cepat, kapasitas angkutan umum tidak dioperasikan sebagaimana mestinya dan lain sebagainya sehingga berdampak pada  kemacetan dengan pertambahan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan pertambahan volume jalan. Kajian ini merupakan studi preferensi untuk menjajaki persepsi transformasi pengguna angkutan pribadi (roda empat dan roda dua) berbasis karakteristik perjalanan dan perilaku pengguna. Rancangan pendekatan analisis terdiri dari metode statistik deskriptif untuk mendapatkan karakteristik perjalanan dan perilaku pengguna angkutan pribadi dalam hal biaya perjalanan, biaya operasi kendaraan, jarak tempuh dan waktu tempuh, aksesibilitas, mobilitas, pelayanan serta menggunakan pemodelan SEM Partial Least Square (PLS) untuk mendapatkan pengaruh interaktif karakteristik perjalanan pereferensi angkutan pribadi, kualitas pelayanan angkutan umum terhadap transformasi moda. Hasil penelitian berdasarkan analisa data diketahui yakni karkteristik perjalanan komuter bagi pengguna kendaraan pribadi dengan variabel indicator jarak tempuh dan waktu tempuh diharapkan dapat mempengaruhi penentuan jenis moda transportasi yang cepat dan waktu yang efisien. Faktor gengsi dan budaya berlalulintas dalam menggunakan moda angkutan pribadi komuter sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) komuter. Begitu pula halnya dengan persepsi responden pengguna angkutan pribadi komuter terhadap kualitas pelayanan angkutan umum bahwa faktor gengsi dalam menggunakan moda angkutan umum sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan angkutan umum. Persepsi responden terhadap Transformasi moda yang di dimanifestasikan dengan variabel indikator  dalam  hal kesediaan berpindah menggunakan moda angkutan umum responden lebih memprioritaskan faktor waktu perjalanan, waktu tunggu dan total tarif  untuk bersedia pindah ke moda angkutan umum  kemudian disusul faltor-faktor lainnya.

Berdasarkan hasil uji hipotesis ditemukan bahwa Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) tidak signifikan berpengaruh terhadap Transformasi (TRF) sebesar 1,644. Karakteristik Perjalanan Komuter (KaerPerj)) tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel endogen Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) sebesar 0.973. Karakteristik Perjalanan Komuter (KaerPerj) tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 1,471. Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) signifikan berpengaruh langsung terhadap Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 5.461. Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) tidak signifikan berpengaruh terhadap Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 0,224. Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) signifikan berpengaruh terhadap Transformasi (TRF) sebesar 7,401.
Kata Kunci : transformasi, moda angkutan pribadi, komuter, preferensi, karakteristik perjalanan,     perilaku pengguna

1.   PENDAHULUAN
Kota Makassar dengan luas wilayah 175,77 km2 sebagai kota inti Kawasan Metropolitan Mamminasata dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional di Kawasan Timur Indonesia yang berpenduduk lebih kurang 1.5 juta jiwa mengalami laju pertumbuhan 9 % per tahun. Indikator ekonomi kota dengan PDRB didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa. Oleh karena itu, Kota Metropolitan Makassar berdaya tarik sangat tinggi, tetapi menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, yaitu urbanisasi dan kemiskinan, kawasan kumuh, transportasi, banjir, air bersih, sanitasi, dan persampahan.Pada suatu pergerakan antar kota, faktor pemilihan moda memegang peranan yang cukup penting, seseorang yang akan bergerak dari satu kota ke kota lain tentu akan mempertimbangkan banyak hal yaitu apakah pergerakan yang dilakukannya.

Masalah Transportasi yang dihadapi antara lain adalah: (1) tidak seimbangnya perkembangan prasarana jalan dihandingkan dengan pertumbuhan kendaraan, (2) pertumbuhan prasarana jalan kurang lebih 4% per tahun, dan (3) pertumbuhan kendaraan kurang lebih 14-15% per tahun. Survei yang dilakukan oleh ARSDS menyimpulkan bahwa perbandingan penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum adalah 611:35. Hal ini jelas-jelas menunjukkan adanya ketidak efisienan penggunaan ruang jalan oleh pola penggunaan kendaraan. Pertumbuhan penggunaan kendaraan di Makassar menunjukkan adanya kecenderungan pemanfaatan kendaraan bermotor dan lenyapnya kendaraan tidak bermotor. Hal ini, akan menyebabkan tekanan pada lingkungan baik penggunaan energi maupun pencemaran lingkungan. Suatu kebijaksanaan yang diambil oleh Pemerintah, selain membangun infrastruktur penunjang transportasi tersebut adalah usaha pembatasan terhadap angkutan pribadi, dengan harapan pertambahan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum.

Dengan demikian, praktisnya adalah mendorong pengguna kendaraan pribadi berganti menjadi pengguna angkutan umum. Namun, Makassar mengalami pertumbuhan ekonomi dan pertambahaan penduduk yang cepat. Pertumbuhan ekenomi yang pesat berdampak semakin tingginya pendapatan masyarakat, yang cenderung mendorong masyarakat untuk memiliki dan mengendarai kendaraan pribadi.

Semakin baiknya mutu prasarana angkutan dan kurang baiknya alat dan layanan sarana angkutan umum, juga semakin mendorong orang untuk memiliki dan mengendarai kendaraan pribadi. Hal-hal tersebut, akan menjadi kendala bagi upaya "memasyarakatkan" penggunaan angkutan umum. Di samping kemampuan ekonomis seseorang dan tersedianya sarana angkutan umum yang cukup jumlahnya, kiranya faktor-faktor lingkungan lainnya berpengaruh pada kecenderungan seseorang untuk memilih moda angkutan.

2.   METODE  PENELITIAN
a. Rancangan penelitian
Rancangan atau desain penelitian adalah perencanaan terinci yang digunakan sebagai pedoman studi penelitian yang mengarah pada tujuan dari penelitian tersebut, Aaker et al. (2001: 24). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yakni menggambarkan suatu peristiwa kemudian melakukan analisis terhadap masalah yang timbul. Studi ini dimulai dengan mengumpulkan literatur dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kemudian menentukan teknik survai yang digunakan. Dalam penelitian ini peristiwa yang akan diobservasi adalah pemilihan moda angkutan pribadi. Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah atribut karakteristik perjalanan dan perilaku pengguna pribadi. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara atau penyebaran kuesioner kepada pengguna kendaraan pribadi pada orang bekerja (pegawai) dengan sisitim acak.  Bentuk pertanyaan formulir survai direncanakan meliputi dua hal. Pertama, pertanyaan difokuskan untuk mengetahui kondisi eksisting dari karakteristik pengguna kendaraan pribadi saat ini. Dalam hal ini ingin diketahui  informasi perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan moda angkutan pribadi. Pertanyaan diarahkan untuk mengetahui preferensi responden seandainya kondisi hipotesis ditawarkan seperti aksesibilitas, mobilitas, pelayanan, biaya perjalanan dan waktu tempuh perjalanan. Dengan menggunakan data persepsi responden tersebut kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui preferensi angkutan pribadi pada perjalanan komuter moda di Makassar. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan permasalahan moda angkutan komuter dengan penekanan pada pengaruh prefensi angkutan pribadi terhadap transformasi moda angkutan komuter dengan pemodelan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS).

b.   Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Makassar, khususnya pengguna kendaraan pribadi yakni pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Kantor Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan, yang dilakukan langsung secara personal kepada responden terutama pada saat penyebaran kuisioner. Penelitian ini dilakukan pada setiap hari kerja.

c. Instumen pengumpul data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survai wawancara, dalam hal ini berupa penyebaran kuisioner. Kriteria responden yang dipilih adalah sebagai berikut :
  •  Responden merupakan penduduk Kota Makassar atau bukan penduduk Kota Makassar tetapi melakukan aktifitas kerja selaku pegawai negeri sipil (PNS) di kantor Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan.
  • Responden menggunakan angkutan pribadi sebagai sarana angkutan menuju ke tempat kerja
  • Mengisi kuisioner dengan lengkap.
  • Tanggapan responden atas konsistensi dan pengaruhnya akan diuji dengan sesuai logika Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS)..
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari :
  • Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Popinsi Sulawesi Selatan berupa jumlah pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di kantor Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan.
  • Makassar dalam angka tahun 2014 di kantor BPS Kota Makassar.
d.   Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum terbagi 3 yaitu :
1.    Metode Statistik Deskriptif

     Metode ini dipergunakan untuk mengetahui preferensi angkutan pribadi perjalanan komuter dalam bentuk table dan diagram, sehingga mudah dipahami. Data yang dipergunakan dalam metode ini bersumber pada kuisioner yang dibagikan kepada sampel pengguna angkutan pribadi mobil dan motor dengan responden pegawai kantor Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun metode pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling.

2.    Metode Deskriptif Kualitatif

     Metode ini dipergunakan untuk mengetahui persepsi transformasi moda pengguna angkutan pribadi berdasarkan preferensi angkutan pribadi perjalanan komuter dengan responden pegawai kantor Gubernur propinsi Sulawesi Selatan.

3.    Metode Model SEM PLS

     Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh interaktif karakteristik perjalanan pereferensi angkutan pribadi, kualitas pelayanan angkutan umum terhadap transformasi moda.

3.  ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis  Karakteristik Perjalanan, Kualitas Pelayanan Angkutan Umum, Preferensi Angkutan Pribadi dan Transformasi Moda

Keseluruhan variabel jarak dan waktu tempuh perjalanan komuter dalam menjalankan akitifitasnya sehari-hari dari rumah ke kantor , sebagian besar indikator yang mendapatkan respon pada skala 2 dan 3 yakni dengan menempuh jarak sepanjang 10 – 15 km sebesar 43.5 % dengan menggunakan waktu tempuh rata-rata selama 30 menit sampai dengan 1 jam sebesar 55.6%.
Berdasarkan kondisi objektif tersebut, dapat di asumsikan bahwa karkteristik perjalanan komuter bagi pengguna kendaraan pribadi dengan variabel indikator  jarak tempuh dan waktu tempuh diharapkan dapat mempengaruhi penentuan jenis moda transportasi yang cepat dan waktu yang efisien.

Tabel 1. Karakteristik variabel jarak dan waktu tempuh (JdW) dan variabel indikator (JdW1 dan JdW2)

No.
Indikator variabel
Distribusi Responden (%)
1
2
3
4
5
1
Jarak dan Waktu tempuh (JdW)
-
Jarak tempuh (JdW1)
3.3
22.9
43.5
21.9
8.5
-
Waktu tempuh (JdW2)
20.9
55.6
8.2
12.1
3.3
 Sumber Data: Pengolahan Data Primer.
                  Gambar 1. Distribusi Frekuensi Jawaban Variabel laten jarak tempuh (JdW1) dan
                                    Waktu tempuh (JdW2)

2)  Preferensi Angkutan Pribadi

Berdasarkan kondisi objektif pada tabel 2, dapat di asumsikan bahwa faktor Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) komuter pada umumnya indikator yang mendapatkan respon pada skala 5 dan 4 dengan nilai rata-rata sebesar 85.0% menunujukan pentingnya indikator-indikator tersebut dari variabel-variabel yang terkait dengan kualitas pelayanan angkutan pribadi. Namun terdapat pula indikator  yang mendapatkan respon yang  lebih besar memilih  skala 3   yakni pada indikator budaya (image) yang mana responden menganggap penggunaan kendaraan pribadi dianggap kurang  bergengsi dan budaya (Image) dalam hal kedisiplinan berlalulintas dianggap kurang disiplin dengan nilai rata-rata sebesar 45.95%. Hal ini dimaknai bahwa faktor gengsi dan budaya berlalulintas dalam menggunakan moda angkutan pribadi komuter sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) komuter.

Tabel 2. Karakteristik Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) dengan variabel  laten KSL,KAM,KNY,BDY)      
             dan  variabel indikator

No.
Indikator variabel
Distribusi responden (%)
1
2
3
4
5
1
 Keselamatan (KSL)
-     Jaminan keselamatan (KSL1)
1.6
10.5
13.1
43.8
31.0
-    Kelengkapan kendaraan (KSL2)
1.0
2.0
12.4
35.9
48.7
2
Keamanan (KAM)
-    Tindakan kriminal (KAM1)
1.0
2.6
10.5
41.8
44.1
-    Gangguan alam (KAM2)
0.0
1.0
10.8
30.4
57.8
3
Kenyamanan (KNY)
-    Kesesuaian tempat duduk (KNY1)
1.0
0.3
1.6
40.5
56.5
-    Keempukan tempat duduk (KNY2)
0.0
0.0
2.9
36.6
60.5
-    Sirkulasi udara (KNY3)
0.0
1.6
7.2
25.8
65.4
-    Perilaku mengemudi (KNY4)
0.0
3.9
5.6
34.0
56.5
-    Umur kendaraan (KNY5)
1.0
8.8
34.6
24.5
31.0
4
Budaya (BDY)
-    Gengsi (BDY1)
1.0
34.0
38.6
7.8
18.6
-    Kedisiplinan berlalulintas (BDY2)
0.0
15.0
53.3
15.7
16.0
                 Sumber Data: Pengolahan Data Primer

              Gambar 2. Karakteristik Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) dengan  variabel laten dan  variable
                                   indikator.

4)    Kualitas Pelayanan Angkutan Umum

Berdasarkan kondisi objektif pada tabel 3, dapat di asumsikan bahwa persepsi responden pengguna angkutan mobil pribadi terhadap faktor kualitas pelayanan angkutan umum pada umumnya indikator yang mendapatkan respon pada skala 5 dan 4 dengan nilai rata-rata sebesar 72.2%, menunujukan bahwa pada umumnya indikator-indikator tersebut terkait penting dengan variabel kualitas pelayanan angkutan umum. Namun terdapat pula indikator  yang mendapatkan respon yang rendah  yakni pada indikator faktor gengsi dalam hal setuju sebesar 46.5%, sedangkan responden yang menganggap bahwa faktor gengsi  kurang mempengaruhi atau bahkan tidak memempengaruhi responden  dalam menggunakan moda angkutan umum yakni sebesar 53.2%. Hal ini dimaknai bahwa faktor gengsi dalam menggunakan moda angkutan umum sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan angkutan umum.

Tabel 3. Karakteristik Variabel Laten Kualitas Pelayanan Angkutan Umum  (KPAU) dan Variabel
              Indikator

No.
Indikator variabel
Distribusi responden (%)
1
2
3
4
5
1
Kualitas pelayanan angkutan umum (KPAU))






-       Waktu tunggu (AKSES1)
0.7
4.2
2.6
30.4
62.1

-       Waktu perjalanan (MOBIL1)
0.0
1.3
5.6
31.4
61.7

-       Waktu akses (AKSES2)
0.0
3.3
7.5
35.6
53.6

-       Perilaku pengemudi (PLYN1)
0.0
0.0
11.1
31.4
57.5

-       Okupansi angkutan umum (AKSES3)
0.0
4.2
28.4
28.4
38.9

-       Kemungkinan duduk (AKSES4)
0.3
5.9
36.3
28.4
29.1

-       Total tarif (PLYN2)
0.0
7.8
41.5
32.4
18.3

-       Waktu berjalan kaki (MOBIL2)
0.0
7.8
32.4
34.3
25.5

-       Ganti kendaraan (AKSES5)
0.0
8.2
31.4
24.2
36.3

-       Tidak berdesakan (AKSES6)
0.0
9.8
37.6
28.4
24.2

-       Resiko keselamatan (PLYN3)
0.0
3.3
21.9
27.1
47.7

-       Faktor keamanan (PLYN4)
1.0
1.3
7.8
30.4
59.5

-       Faktor kenyamanan (PLYN5)
1.0
1.6
10.1
19.3
68.0

-       Faktor gengsi (PLYN6)
8.5
27.1
17.6
19.6
26.9
                   Sumber Data: Pengolahan Data Primer



Gambar 3. Distribusi Frekuensi Jawaban Variabel Laten Kualitas Pelayanan AU (KPAU) dan
                                        Indikator.

5)    Karakteristik Variabel Transformasi Moda Perjalanan (Y)

Berdasarkan kondisi objektif pada tabel 4, dapat di asumsikan bahwa persepsi responden pengguna angkutan mobil pribadi komuter terhadap faktor yang menjadi prioritas utama mempengaruhi bersedia pindah menggunakan moda angkutan umum dari ke sembilan indikator yang ada tidak terdapat yang indicator yang sangat dominan, namun ada tiga indicator yang tertinggi dipilih oleh responden adalah faktor waktu perjalanan sebesar 38.2% disusul dengan faktor waktu tunggu sebesar 16.7% dan faktor total tariff perjalanan sebesar 12.7% sehingga jika di totalkan mencapai 67.6% responden yang memilih masing-masing ke tiga faktor tesebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengguna angkutan pribadi komuter lebih memprioritaskan faktor waktu perjalanan, waktu tunggu dan total tarif  untuk bersedia pindah ke moda angkutan umum  kemudian disusul faltor-faktor lainnya. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa para pegawai yang bekerja di instansi pemerintah sangat mengutamakan untuk dapat cepat sampai ketempat kerja kaitannya dengan tuntutan kedisiplinan pegawai   berdasarkan peraturan pemerintah yang ditetapkan kepada pegawai, selain hal itu juga menginginkan adanya biaya tarif moda angkutan umum yang murah menuju  ke tempat kerja.

Tabel 4. Karakteristik Variabel Laten Transformasi Moda Perjalanan (TRF) dan Variabel
              Indikator (TRF1 dan TRF2)

No.
Indikator variabel
Distribusi responden (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Transformasi moda










-  Kesediaan berpindah   
   ke angkutan umum
10.8
28.1
22.2
20.6
18.3
 
-  Faktor prioritas     
   utama berpindah ke AU
16.7
38.2
3.6
4.2
12.7
6.5
9.8
7.8
0.3
                    Sumber Data: Pengolahan Data Primer


      Gambar 4. Distribusi Frekuensi Jawaban Variabel Laten Transformasi moda perjalanan (TRF)
                                           dan Indikator (TRF1 dan TRF2).

B. Pengaruh Interaksi Perjalanan dan Perilaku Pengguna terhadap Transformasi Moda Angkutan Pribadi
a. Konseptual Model
Perancangan jalur hubungan prediktif (Path Diagram) menggambarkan pengaruh konstruk eksogen terhadap konstruk endogen. Sedangkan outer model menggambarkan hubungan antara variabel manifest dengan variabel laten seperti terlihat pada gambar 4 di sebelah halaman ini.

Gambar 5. Path Diagram Full Model



Keterangan :

Karakteristik Perjalanan Komuter (KPK)
-   Alokasi    Biaya Transportasi (ABT)
-   Jarak dan Waktu (JdW)

Kualitas   Pelayanan Angkutan Umum (KPAU)
-   Aksesibilitas (AKSES)
-   Mobilitas (MOBIL)
-   Pelayanan (PLYN)
Prefensi Angkutan Pribadi (PAP)
-   Keselamatan (KSL)
-   Keamanan (KAM)
-   Kenyamanan (KNY)
-   Budaya (BDY)

Transfornasi (TRF)

b. Evaluasi (Goodness of Fit)

1) Outer Model

                                               

Gambar 6. Output Outer Model Dropped Algoritma
Pada Gambar 6. terlihat nilai loading factor sebagian besar indikator hasil eksekusi model sudah di atas 0.50 (memenuhi kriteria validitas konvergen).
Pada table 6 terlihat bahwa nilai korelasi indicator terhadap variabelnya lebih besar dari pada nilai korelasi terhadap konstruk lainnya. Hasil ini menunjukkan validitas diskriminan yang baik.
Pada table 5.  Laten variabel correlation, validitas diskriminan konstruk untuk semua variabel yakni KarPerj, ABT, JdW, dan Transformasi telah terpenuhi,  karena memiliki nilai akar average variance extracted (AVE) sebesar 1.0 lebih besar dari nilai yang ada di bawahnya.

          Tabel 5. Tabel laten variabel correlation


ABT
Akses
Bdy
JdW
KPAU
KPK
Kam
Kny
Ksl
Mobilitas
PAP
Pelayanan
Trf
ABT
1.0












Aksesibilitas
0.2
1.0











BDY
0.3
0.0
1.0










JdW
0.2
0.2
0.1
1.0









KAM
-0.1
-0.2
0.2
0.2
1.0








KNY
-0.2
0.2
0.1
0.1
0.5
1.0







KPAU
0.3
0.9
0.0
0.2
0.0
0.3
1.0






KSL
-0.2
-0.3
0.4
0.0
0.5
0.3
-0.3
1.0






ABT
Akses
Bdy
JdW
KPAU
KPK
Kam
Kny
Ksl
Mobilitas
PAP
Pelayanan
Trf
KarPerj
0.7
0.3
0.3
0.8
0.0
0.0
0.3
-0.1
1.0




Mobilitas
0.2
0.4
0.1
0.1
0.2
0.2
0.6
-0.1
0.2
1.0



PAP
0.0
-0.1
0.6
0.2
0.8
0.6
0.0
0.8
0.1
0.2
1.0


Pelayanan
0.3
0.6
0.0
0.2
0.1
0.3
0.9
-0.3
0.3
0.5
0.0
1.0

Transformasi
0.3
-0.1
0.4
0.3
0.3
0.0
0.0
0.2
0.3
0.1
0.4
0.1
1.0
          Sumber Data: Pengolahan Data Primer.

Reliabilitas blok indikator yang mengukur konstruk dilihat dari nilai composite reliability. Composite reliability akan menunjukkan nilai yang baik jika di atas 0.70.

Tabel 6.  Hasil Uji Reabilitas

Konstruk
Composite Reliability
ABT
0.8
Aksesibilitas
0.8
BDY
0.8
JdW
0.8
KAM
0.8
KNY
0.8
KPAU
0.8
KSL
0.8
 KarPerj
0.7
Mobilitas
0.7
PAP
0.8
Pelayanan
0.8
Transformasi
1.0


2) Inner Model
    Evaluasi model structural (inner model) dilakukan dengan melihat nilai R-square, Q-square, dan T-test.

            Tabel 7. Nilai Koefisien Determinasi
 
Variabel
R Square
KPAU
0.993
KarPerj
1.000
PAP
0.988
Transformasi
0.260
                                                   Sumber Data: Pengolahan Data Primer.

Berdasarkan Tabel 7 Nilai R-square untuk variabel Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 0,993, berarti secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) dengan ke tiga variable faktor dalam model yaitu Aksesibilitas, Mobilitas dan Pelayanan. Untuk variabel Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) sebesar 1,000, berarti secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel Karakteristik Perjalan Komuter (KarPerj) dengan ke-empat variabel faktor dalam model yaitu, Alokasi Biaya Transportasi (ABT), Jarak tempuh dan Waktu tempuh (JDW). Untuk variable Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) sebesar 0.988, berarti secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) dengan ke empat variabel faktor dalam model yaitu Keselamatan (KSL), Keamanan (KAM), Kenyamanan (KNY) dan Budaya (BDY). Kemudian untuk variabel Transformasi (TRF) sebesar 0.260. Jadi dengan demikian sebesar 0.7% untuk KPAU,  sebesar 0.0% untuk KarPerj, sebesar 1.2% untuk PAP dan 74% untuk Transformasi dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam model ini. Dari hasil analisis didapatkan nilai Q²  untuk KPAU sebesar 0.9, KarPerj sebesar 1.0, PAP sebesar 0.9 dan untuk Transformasi sebesar 0.2. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dihasilkan memiliki tingkat prediksi yang baik dan cukup baik . Dimana nilai Q² terbentang dari 0 s/d 1. Semakin mendekati 1 berarti predictive relevance semakin baik.


2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling bootstrapping yang didasarkan pada signifikansi koefisien jalur model struktural. Tingkat kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95% sehingga taraf signifkansi (α) = 5% atau 0.05 dengan nilai t-tabel 1.96.

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis
                           
     Hipotesis
T Statistics
P Values
Ket.
KPAU -> Transformasi
1.644
  0.101
H1 ditolak
KarPerj -> PAP
0.973
  0.331
H1 ditolak
KarPerj -> KPAU
1.471
  0.142
H1 ditolak
KarPerj -> Transformasi
5.461
  0.000
  H1 diterima
PAP -> KPAU
0.224
  0.823
H1 ditolak
PAP -> Transformasi
7.401
  0.000
  H1 diterima
                               Sumber Data: Pengolahan Data Primer.

Berdasarkan Tabel 8. terlihat bahwa tidak semua hipotesis  mempunyai nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (1,96) yakni Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) terhadap Transformasi (TRF) sebesar 1,644, Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) terhadap Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) sebesar 0,973, Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) terhadap Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 1.471, Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) terhadap Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 0.224. Hal ini berarti hipotesis tersebut tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen yang dituju. Kemudian ada 2 (dua) hipotesis yang diterima karena di atas 1,96 yakni Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) terhadap Transformasi (TRF) sebesar 5,461 dan Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) terhadap Transformasi (TRF) sebesar 7,401. Hal ini berarti hipotesis tersebut signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen yang dituju.



4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian  dan analisis data  dalam  pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian berdasarkan analisa data diketahui yakni karkteristik perjalanan komuter bagi pengguna kendaraan pribadi dengan variabel indikator  jarak tempuh dan waktu tempuh diharapkan dapat mempengaruhi penentuan jenis moda transportasi yang cepat dan waktu yang efisien. Faktor gengsi dan budaya berlalulintas dalam menggunakan moda angkutan pribadi komuter sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) komuter. Begitu pula halnya dengan persepsi responden pengguna angkutan pribadi komuter terhadap kualitas pelayanan angkutan umum bahwa faktor gengsi dalam menggunakan moda angkutan umum sebagian besar responden menganggap kurang memberikan dampak pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan angkutan umum.

2. Persepsi responden terhadap Transformasi moda yang di dimanifestasikan dengan variabel indikator  dalam  hal kesediaan berpindah menggunakan moda angkutan umum responden lebih memprioritaskan faktor waktu perjalanan, waktu tunggu dan total tarif  untuk bersedia pindah ke moda angkutan umum  kemudian disusul faltor-faktor lainnya.

3. Berdasarkan hasil uji hipotesis ditemukan bahwa :

-   Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Transformasi (TRF) sebesar 1.644.

-   Karakteristik Perjalanan Komuter (KaerPerj)) tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) sebesar 0.973

-   Karakteristik Perjalanan Komuter (KaerPerj) tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 1.471.

-   Karakteristik Perjalanan Komuter (KarPerj) signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 5.461.

-   Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) tidak signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Kualitas Pelayanan Angkutan Umum (KPAU) sebesar 0.224.

-   Preferensi Angkutan Pribadi (PAP) signifikan berpengaruh langsung terhadap variabel endogen Transformasi (TRF) sebesar 7.401.



DAFTAR PUSTAKA

BPS Indonesia. 2014. Biro Pusat Satitistik Indonesia.

Domarchi, C., Tudela, A., & González, A. (2008). Effect of Attitudes, Habit and Affective Appraisal on  Mode Choice: an Application to University Workers. Transportation, 35 (5), 585-599.

Erland E C Oematan, Rudy Setiawan And Harry Patmadjaja. (2012). Factors Affecting College Students By Car Into Based Activation Model Norma, Civil Engineering Program Petra Christian University.

Jaya I.G.N.M., Sumertajaya I.M. 2008. Structural Equation Modeling With Partial Least Square, Proceedings Semnas Mathematics and Mathematics Education.

Klockner, C. A., & Matthies, E. (2009). Structural Modeling of Car Use on the Way to the University in Different Settings: Interplay of Norms, Habits, Situational Restraints, and Perceived Behavioral Control, (7491), 1807-1834.

Lakawa, I., Samang, L., Selintung, M., Hustim, M. (2016). Noise Level Study Based On Traffic Characteristics, Physical, and Environmental Aspects of Road. International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), Vol. 7(1), pp; 188-198.

Ludfi ​​Djakfar, Amelia K.I. and Akhmad S.N. (2011). Study of Characteristics and Model Selection Modes of Transportation Students Toward Campus (Motorcycles or Public Transport) In Malang, Journal of Civil Engineering.

Morlok, Eward K. (1985).  Introduction  to  Engineering  and  Transport   Planning, Second  Edition. Translations Ir. Johan Putra Kelana Hani. Publisher: Jakarta.

Sadayuki YAGI, Deo NOBEL, Hirohisa Kawaguchi, 2014, tiime-Series Comparison of Auto / Motorcycle Ownership and Joint Mode Models and Destination Choice Based on Two Large-Scale Surveys in Jakarta, Asian Transport Studies Journal Vol. 3

Steg, L. (2005). "Car Use: Lust and Must. Instrumental, Symbolic and Affective Motives for Car Use." Transportation Research Part A: Policy and Practice, 39 (2-3), 147-162. doi: 10.101 /j.tra.2004.07.001

Steg, L., & Gifford, R. (2005). "Sustainable Transportation and Quality of Life." Journal of Transport Geography, 13 (1), 59-69. doi: 10.1016 / j.jtrangeo. 2004. 11 003

Sugiyono, (2002). Methods Research Administration, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono, (2003). Statistics For Research, Alfabeta, Bandung.

Susilo, Y. O., Santosa, W., Joewono, T. B., & Parikshit, D. (2007). A Reflection of Motorization and Public Transport in Jakarta Metropolitan Area.

Tamin, Ofyar Z. (2000), Planning and Transport Modelling, Publisher ITB, Bandung.

Warpani, (1990). Planning a Perangkutan Systems, Publisher ITB, Bandung.

Wijanto, 2008,. Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8 Konsep dan Tutorial, Graha Ilmu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Effect of Side Obstacles on Balang Tonjong Antang Traditional Market Activities, On-Road Performance

 by; Nur Khaerat Nur, Syahdan, Hasmar Halim Department of Civil Engineering, Fajar University, Makassar, Indonesia  Department of Civil Engi...